Minggu, 11 Mei 2014

TK. PELITA BUNDA MENGUKIR PRESTASI DI TINGKAT KABUPATEN



Sabtu, 19 Oktober 2013 tahun lalu TK. PELITA BUNDA berhasil mengukir prestasi dengan merebut juara 1 lomba mewarnai batik anak beserta orangtua se Kabupaten Bojonegoro. Tentunya prestasi yang telah di raih TK. PELITA BUNDA ini menambah deretan prestasi dalam bidang pendidikan di kec. Temayang . Lomba ini baru pertama kali di selengggarakan oleh Bojonegoro yang terkenal dengan sebutan kota ledre. Peserta lomba ini tidak hanya terdiri dari siswa saja, lomba mewarna batik yang baru pertama diadakan di Kota Ledre ini juga mengajak orang tua untuk ikut mewarnai. "Jadi kekompakan anak dan orang tua juga akan dinilai," kata ketua Panitia penyelenggara Lomba, Dewi Rina Handayani. Lomba mewarna ini dibuka oleh Bunda PAUD Bojonegoro, Mahfudhoh Suyoto dengan simbolis mewarnai batik Bojonegoro. "Semoga dengan adanya lomba mewarna ini, juga mampu melestarikan budaya daerah yakni melestarikan batik Jonegoroan," jelas Bu Yoto.
Lomba ini di selenggarakan dalam rangka memperingati Hari Jadi Bojonegoro yang ke-336 pada bulan Oktober 2013 tahun lalu yang bertepatan dengan Hari Batik Nasional. Lomba yang juga melibatkan orang tua ini diadakan di alun-alun Kota Bojonegoro. Lomba ini bertema “Hutan adalah sahabat dan rumah kita” yang bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan alam khususnya hutan pada anak-anak. Karena pengenalan manfaat hutan akan lebih te
rserap pada usia dini, jika sudah tua maka akan sulit pemahaman tentang hutan. ” Kalau sejak dini kita bisa dengan mudah menanamkan ilmu.
TK.PELITA BUNDA terletak di Desa Ngujung Kecamatan Temayang walaupun terletak di pedesaan yang jauh dari fasilitas yang bagus tapi tidak mengurangi semangat belajar anak-anak untuk dapat meraih prestasi. TK ini tidak mau ketinggalan dengan TK unggulan yang ada di daerah perkotaan. TK. PELITA BUNDA membutikannya dengan mengalahkan 1.550 siswa peserta lomba mewarnai batik beserta orangtua se Kabupaten Bojonegoro dan meraih juara 1. Ananda yang meraih juara 1 ini yaitu LINGGA AURELYA EKA PRAYOGA yang duduk di kelompok belajar TK Besar.
“Dalam kesehariannya ananda memang anak yang aktif , cerdas dan punya daya imajinasi yang tinggi” begitu ujar salah satu ibu gurunya. TK ini juga meraih banyak prestasi mulai dari juara 2 lomba mewarnai sekecamatan, juara 2 dalam karnaval dan yang baru di raih lagi yaitu mendapat juara 3 lomba mewarnai dalam rangka Hari Pendidikan Nasioinal pada hari Sabtu 10 Mei 2014 kemaren. Prestasi yang diraih ini tentunya tak lepas dari bimbingan ibu guru yang slalu mendapingi mereka dan membimbing mereka setiap hari dan tak lepas pula peran orang tua yang selalu mengarahkan anak-anak mereka saat di rumah.
Di TK PELITA BUNDA ini juga banyak di ajar berbagai ketrampilan mulai dari menari, menyanyi, mewarnai, menggambar, melipat kertas dengan berbagai bentuk dan masih bnyak yang lainya. Untuk menjadi berprestasi dan membanggakan itu tidak selalu harus mempunyai fasilitas yang lengkap dan bagus. Terkadang kita juga bisa belajar dari kesederhanaan. Berada di pedesaan itu bukan menjadi penghalang untuk kita meraih prestasi yang paling penting itu adalah usaha, kerja keras dan pantang menyerah.

Dari Sampah Menjadi Barang Mewah (kerajinan Tempurung kelapa)



Berawal dari banyaknya sampah batok kelapa yang ada di sekitar rumahnya, sebuah ide kreatif muncul dari benak seorang pria bernama Bapak Munib SPd.i. Pria kelahiran Ngujung Kecamatan Temayang  ini mempunyai ide untuk mengubah sampah batok kelapa tersebut menjadi kerajinan yang bernilai dan bisa mendatangkan rupiah. 
Kerajinan batok kelapa sebenarnya sudah ada sejak dahulu. Dulu batok kelapa biasa dimanfaatkan untuk alat memasak yang biasa di sebut irus atau sendok sayur. Namun kini seiring berkembangnya teknologi masyarakat mulai melupakan alat memasak tradisional ini, dan beralih ke irus dari bahan alumunium.

Oleh karena itu bpk munib berniat melestarikan kembali kerajinan batok kelapa dengan kreasinya yaitu melengkapi dengan kemasan yang modern sehingga dapat menarik perhatian masyarakat. Selain itu beliau juga sering melakukan pameran di tingkat kabupaten untuk memperkenalkan hasil karya kerajinannya tersebut. Bpk. Suyoto selaku bupati Bojonegoro ternyata sangat mendukung ide kreatif dari pengusaha batok kelapa ini. Di temui dalam sebuah pameran kerajinan di Bojonegoro Bapak Bupati ini bahkan bersedia memberikan modal supaya kerajian batok kelapa ini terus berkembang. Di tangan pengusaha bertangan dingin ini batok kelapa yang dulunya hanya sampah kini berhasil di sulapnya menjadi sebuah kerajianan yang indah dan bernilai tinggi. Ia menyulapnya menjadi berbagai macam souvenir seperti, hiasan rumah, bunga, gantungan kunci, bros, dan berbagai miniatur yang bernilai jual tinggi. Harganya pun relatif terjangkau. Untuk hiasan rumah dan meja di bandrol mulai dari harga 50.000 – 100.000 rupiah tergantung tingkat kesulitan pembuatannya. Sedangkan untuk bros, gantungan kunci dan pernak-pernik lainnya berkisar dari 3.000 – 5.000 rupiah. Usaha ini sudah di tekuninya sejak tahun 2012. Pemasarannya tidak hanya di pameran saja tapi juga sudah merambah di dunia online, di toko-toko acesoris dan di daerah-daerah wisata yang ada di bojonegoro.Berikut adalah hasil – hasil kerajinan batok :

Sabtu, 10 Mei 2014

SEJARAH SINGKAT DESA JONO



Pada jaman dahulu kala ada seorang Raja bernama wora – wari, dia mempunyai wilayah kesukaan yang sangat luas namun masih di bawah pemerintahan kerajaan malowopati dengan Raja angling Darmo. Raja Wora – Wari walupun Raja Taklukan Angling Darmo Beliau termasuk Raja yang patuh dan sendiko dawuh terhadap Raja Angling Darmo. Raja Wora – wari selain disenangi Nayoko Projo di Malowopati ia juga di cintai kawulanya. Sebab ia bisa menciptakan daerahnya menjadi gemah ripah loh jinawi.
Namun dalam perjalanan waktu datanglah seorang Raja yang bernama Rojo Dengkol seorang Raja yang Adigang Adigung, ia selalu bikin onar, termasuk ia ingin merebut istri Raja Wora – wari. Karena Raja Wora – wari mempertahankan istri dan harga diri sebagai seorang Raja, terjadilah peperangan antara Raja Wora – Wari dan Raja Dengkol. Raja Wora –wari terbunuh dalam peperangan ini, akhirnya istri Raja Wora – wari menjadi milik Raja Dengkol walau sebetulnya istri Raja Wora – wari tidak mencintai Raja Dengkol sebab selain jahat ia juga berwajah jelek dan kakinya cacat.
Dalam keadaan terpaksa istri Raja Wora – wari menuruti yang dikehendaki rojo Dengkol dengan satu permintaan yaitu Rojo Dengkol harus mau menerima anak yang dikandungnya seperti anaknya sendiri, Rojo Dengkol menurutinya. Hari berganti hari, minggu pun berlalu, bulan menjadi tahun dan tahunpun telah berganti. Anak  istri Raja Wora – wari telah menginjak usia remaja ia di berinama Bondan Kejawan dan dia telah mengetahui bahwa ayah kandungnya telah meninggal dunia karena dibunuh oleh Rojo Dengkol ayah tiriya.
Setelah tahu demikian Bondan Kejawan ingin membalas atas meninggalnya ayah kandungnya. Atas saran dan petunjuk bekas abdi dalem Raja Wora – wari Beliau adalah Raden Bagus Sujono, Bagus Alus dan Demang Kajangan maka disusunlah rencan untuk membunuh Raja Dengkol.  Setelah diadakan musyawarah Akhirnya mendapat kata mufakat, hingga akhirnya Raja Dengkol dapat di taklukkan. yang menanklukkan adalah Ki Gede Mangsong berkat bantuan dari Raden Sujono.
Seiring waktu orang – orang yang bisa menaklukkan Rojo Dengkol dianggap berjasa oleh pemerintahan malowopati, orang itu diberi kamokten di keRajaan malowo pati. Dari kesekian orang itu ada satu yang tidak mau ia adalah Raden Bagus Sujono karena ia lebih memilih hidup dengan rakyat kecil sampai akhir hayatnya. Setalah meninggal daerah sekitar makam Raden Bagus Sujono di berinama “JONO” sampai dengan sekarang orang menyebut “DESA JONO”